United Nations: Menuju Perdamaian Dunia Pasca Pandemi dalam Tinjauan Ekonomi-Politik

No Comments

Dahulu kala, di alam semesta terdapat ruang nan-menawan bernama bumi. Ruang ini memiliki keistimewaan sendiri dibanding yang lainnya, karena dari sinilah Maha meletakkan tiap-tiap-tiap-tiap kehidupan Ciptaan-Nya. Salah satu ciptaan yang paling mulia di antara yang lainnya yaitu manusia. Setiap-tiap-tiap manusia diberikan ‘otoritas’ untuk mengatur dan menjaga makhluk ciptaan Maha lain. Lambat laun, manusia mulai berkumpul dan membentuk suatu golongan sosial yang dinamakan sebagai negara. Menurut bukunya yang berjudul La Politica, filsuf Aristoteles mendefinisikan negara (polis) yaitu kumpulan masyarakat yang dibentuk dengan tujuan kebaikan.1 Seluruh ini semata-mata karena manusia senantiasa berbuat untuk mencapai semua sesuatu yang mendatangkan kebaikan.

Hingga saat ini, negara di dunia terus berkembang. Mengacu pada keanggotaan Perserikatan Bangsa-bangsa, terdapat 193 negara anggota.2 Dengan banyaknya jumlah negara di dunia, ‘keharmonisan’ tentu wajib dicapai guna kehidupan yang lebih baik. Namun, tampaknya tidak semudah itu. Berjenis-variasi perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa sifat ‘arogansi’ negara mulai muncul sehingga menimbulkan keinginan untuk mendominasi dengan menjalankan penjajahan. Sebut saja penyebaran paham untuk dapat menjadi bangsa bet 10 ribu unggul sebagai model Deutschland uber alles, Glory pada slogan 3G dan Nippon Pemimpin Asia pada gerakkan 3A. Ketiga model hal yang demikian sama-sama berakibat pada penjajahan dan berujung pada peperangan. Memperhatikan hal ini Maha seolah-olah tidak tinggal diam dan menampilkan kuasa-Nya untuk menegur makhluk ciptaan yang termulia dan sekarang bernaung dalam negara. Teguran hal yang demikian dinyatakan dalam peristiwa yang tidak dapat dilupakan oleh segala dunia yang tercatat sampai saat ini. Seluruh itu di antaranya Cold War, 9/11, the Crash of 2008 dan terakhir Pandemi Covid-19.

Hari-hari ini dunia menghadapi kenyataan yang berat dampak absensi Pandemi Covid-19. Penyakit yang menyerang saluran pernapasan ini menjadi benar-benar menyeramkan bagi segala dunia. Terpenting parameter yang menjadi kebanggaan negara dalam mengerjakan pemerintahannya berubah menjadi negatif. Elemen faktor penting keberlangsungan suatu negara yaitu ekonomi-politik. Pelajaran ekonomi-politik menjadi jembatan untuk memadukan teori ekonomi dan teori politik, memastikan motif ekonomi dan motif politik yang berbaur dalam lingkup globalisasi.

Untuk itu, keseluruhan mengenai Pandemi Covid-19 dan hubungannya dengan dunia ekonomi-politik akan dibahas dalam esai ini. Melalui epistemik, hal yang hendak dikaji melewati tulisan ini yaitu bagaimana Pandemi Covid-19 dapat menjadi tinjauan reflektif bagi kehidupan semua negara untuk mewujudkan dunia yang lebih baik pasca pandemi. Perubahan yang besar dan tidak terukur sedang dan pasti terjadi. Demikianlah yang dapat disimpulkan pada masa perkembangan peradaban setelah Black Death di abad pertengahan, Spanish flu di awal abad ke- 20, ataupun wabah lainnya di masa selanjutnya.3 Kecuali yang bisa dipetik apabila pandemi ini mereda yang paling utama yaitu persatuan. Sebab pandemi diharapkan tiap-tiap-tiap-tiap negara memungkiri semua faktor ekonomi dan politik untuk dapat bergandengan tangan keluar dari belenggu pandemi. Tampaknya, pepatah lama yang sering kali didengar oleh orang Indonesia berlaku yaitu bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Dengan persatuan juga jikalau dua perubahan makro akan terjadi layaknya seperti Perang Dunia II usai yaitu negara yang fokus pada energi dalam negeri namun tetap membutuhkan dunia internasional dan juga munculnya central power of the world. Tulisan itu, cara kerja globalisasi perdagangan internasional semakin terbuka membuat negara perlu memangambil tiap-tiap-tiap-tiap opportunity untuk mencapai resillience pasca pandemi. Seluruh itu, sadar akan hal ini, penulis memproposalkan ‘United Nations’ sebagai kerangka acuan agar tiap-tiap-tiap-tiap negara dapat menjunjung persatuan. Melalui ini bukan mengenai United Nations sebagai lembaga melainkan yaitu respons dan perilaku. Dengan kata lain, tulisan ini merepresentasikan United Nation bukan kata benda melainkan yaitu kata sifat yang ditulis dengan italic (miring). Terpenting terkait hal ini akan dinyatakan melewati pandangan aspek ekonomi-politik. Sebab United Nations, semua negara memiliki landasan etis agar life after pandemic semua umat manusia dapat memandang bersatunya dunia selayaknya Maha menjadikan bumi yang tunggal.

 

Pandemi Covid-19: Namun Singkat Dan Melalui Dunia Internasional

Larry Brilliant seorang dokter Amerika yang membantu memberantas penyakit cacar empat puluh lima tahun lalu, dalam sebuah diskusi dengan Long Now Foundation berujar bahwa “Wabah tidak bisa dihindari, melainkan pandemi yaitu pilihan.” 4 Perkataan ini dapat memiliki makna yang mendalam untuk diberi tahu bahwa tiap-tiap-tiap-tiap negara mungkin tidak dapat mengubah kejadian alami yang menjadikan penyakit. Namun, dengan persiapan yang matang, tindakan komprehensif dan respons yang cerdas maka lintasan menuju jurang resesi dapat diratakan/dilandaikan. Di sisi lain, berdasarkan fakta empiris hal untuk menjalankan pencegahan dapat dikatakan telah terlambat. Sebab virtual press conference Director-General WHO, Dr Tedros menyampaikan jika Pandemi Covid-19 telah membuka tabir buruknya cara Kesehatan dunia.5 Dikarenakan pandemi ini sudah terjadi, maka tiap-tiap-tiap-tiap orang pasti punya pikiran yang terlintas sejenak dalam diam dan keputusasaan: “kapan tragedi ini berhenti?

Namun, terlepas dari ‘pertanyaan ini’, terutamanya dahulu kita patut mengerti apa hakekatnya Pandemi Covid-19? Sebagaimana dikemukakan World Health Organization (WHO), melewati halaman resminya, Pandemi Covid-19 yaitu penyakit menular yang diakibatkan oleh virus yang baru ditemukan ‘SARS-CoV.’. Tulisan itu, Covid-19 dapat menyebar jika orang menyentuh benda yang sudah dihinggapi virus ini.6

Hal, muncul juga ‘pertanyaan’ yang mungkin belum terjawab sampai sekararang yaitu darimana asal virus ini? Dua negara yang memiliki perekonomian terbesar di dunia mulai berdebat terkait hal hal yang demikian. Menurut, di sisi lain rakyatnya sendiri pun rakyat negara lain masih menunggu bantuan negara hal yang demikian untuk mengisi kekosongan perutnya. Seluruh ini senada dengan yang terjadi saat negara lain menunggu marshall dan molotov plan pasca perang dunia.

Di Indonesia sendiri persepsi masyarakat mulai berubah dan menyalahkan dunia internasional atas adanya Pandemi Covid-19 melewati isu yang beredar. Diantaranya pernyataan yang dikeluarkan oleh mantan menteri kesehatan, Siti Fadilah Supari di saat beliau sedang memeriksakan kesehatannya. Namun beliau, COVID-19 yaitu senjata biologis yang sengaja diciptakan atas dasar alasan ekonomi dan politik. Tersangka pidana korupsi ini pun meneruskannya dengan menunjukan jari kepada Bill Gates, yang menurutnya telah “meramal” pandemi ini sejak 2015.7 Dengan persepsi masyarakat seperti ini maka dapat menimbulkan kesalahpahaman dengan dunia internasional. Rasa pesimistis dan tidak percaya membuat di masa sulit seperti sekarang menimbulkan prasangka baru yang menghambat United Nations.

 

Selamat Datang Di Dunia Melalui Kecuali Namun Hangat

Pada tahun 2016 saat penulis memasuki tahapan Sekolah Menengah Pertama terjadi obrolan tentang masa depan dengan sang ibu. Penulis saat itu dengan spontan mengemukakan “Bu, saya berkeinginan menjadi seorang politisi” Ibu bergumam sejenak dan langsung menjawab “Politik itu kotor” tiga kata yang terdengar singkat, padat dan belum dipastikan kejelasannya karena terkendala kedewasaan saat itu.

Persepsi tentang dunia politik yang demikian itu kotor mulai berubah. Sebab mata kuliah ekonomi-politik penulis disadarkan kembali jika politik itu tidaklah kotor namun orang yang mengerjakannya tidak layak hukum itu yang layak disebut kotor. Tulisan itu, melewati pelajaran ini penulis menyadari bahwa ada keterkaitan antara dunia ekonomi dan perpolitikan. Teori ekonomi semata tidak bisa diandalkan untuk menjelaskan mengapa gerak langkah perekonomian negara di dunia tertatih- tatih, tersandung kerikil dan batu penghalang. Teori Politik semata juga tidak memadai untuk memahami dinamika pembangunan di segala dunia.9 Oleh karena itu, pernyataan Adam Smith yang menjelaskan bahwa ekonomi dan politik saling berhubungan sebagai panduan manajemen perekonomian nasional secara bijaksana yaitu benar.10 Ekonomi dan politik juga menjadi satu faktor yang mempertimbangkan negara dalam menampilkan kegagahannya.

Saat ini, semua negara berada di kondisi yang sama yaitu ‘Krisis’ bidang ekonomi dan politik yang menjadi kebanggaan suatu negara yang mempertimbangkan nasib negara di panggung dunia diluluh-lantakkan oleh Covid-19 ini. Setiap-tiap-tiap negara di dunia mendadak memberlakukan kebijakan lockdown. Seluruh ini membuktikan bahwa dunia yang kita tinggali sudah memungkiri batas negara karena virus tidak berhenti di perbatasan. Padahal darurat ini telah menyoroti salah satu kebenaran tertua tentang kehidupan internasional bahwa pada kesudahannya, negara akan berdiri sendiri.11 Setiap-tiap-tiap pandemi melanda, negara-negara yang telah lama bekerja sama berkonsentrasi pada kelangsungan hidup mereka sendiri.

Kompetisi hal ini tidak bertahan lama karena negara pada dasarnya telah diciptakan secara berdampingan dan menampilkan kehangatan. Seluruh ini dubuktikan dengan syarat dibentuknya suatu negara yaitu pengakuan de jure yang menyuarakan bahwa suatu negara sudah diakui di tingkatan konsulat dan diplomatik. Foreign direct investment, aktivitas ekspor dan impor wajib terus digenjot oleh segala negara. Terpenting ini semata-mata dijalankan untuk menuju cara kerja recovery yang cepat slot garansi 100 pasca pandemi. Sebagai model, awal April 2020 setelah sebulan setelah WHO menyuarakan Covid-19 sebagai pandemi, berbondong-bondong negara mengetuk pintu International Monetary Fund (IMF).12 Lebih dari 100 negara mengajukan permohonan utang tidak terkecuali Indonesia.

Bantuan yang diberikan tidak selalu secara material, melainkan juga adab. China negara yang tergolong tertutup mengungkapkan rasa duka mendalam dan mengaku kaget atas tragedi yang terjadi atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air saat Indonesia tengah berjuang melawan Covid-1913 Negara Uzbekistan juga mengungkapkan rasa prihatin atas bencana banjir dan gempa yang terjadi di Indonesia melewati sepucuk surat. Seluruh yang sama juga berlaku di negara lain.14 Dunia internasional mulai bangkit menampilkan kembali rasa solidaritasnya di tengah ketidak-pastian kondisi ekonomi dan politik.

Membangun Tatanan United Nations di Masa dan Pasca Pandemi

Namun demikian, dunia yang kita tinggali saat ini tidak lepas dari yang dinamakan persaingan. Setiap-tiap-tiap negara mencoba menyebarkan hegemoni lebih-lebih dalam bidang ekonomi dan politik. Sekiranya ini membuat negara tidak merasa puas akan ketercapaiannya. Sejarah telah membuktikan upaya negara untuk memperluas kekuasaannya. Sebut saja Deutschland uber alles yang berkembang di Jerman membuat ketegangan dunia Internasional. Deru perang pun sontak terdengar sebagai respons dari dunia internasional akan penolakan penyebaran paham hal yang demikian. Dengan demikian, pernyataan Thomas Hobbes membuktikan negara-negara seperti umum “Menurut keadaan dan postur Gladiator; memberi pengarahan senjata mereka, dan mata mereka tertuju pada satu sama lain benar adanya. Menurut, sejarah diisi dengan masa perang dan perdamaian. 15

Selama abad terakhir, negara-negara menghabiskan lebih banyak waktu dengan tentram daripada berperang. Perdagangan, perjalanan dan investasi lintas batas telah melonjak melewati cara kerja globalisasi. Bangsa-bangsa telah menjadikan mekanisme dan institusi untuk bekerja sama dan memecahkan masalah bersama.

Salah satunya dengan dibentuknya United Nations untuk dapat memecahkan semua jenis konflik pasca perang yang dibentuk pada 24 Oktober 1945. United Nations melewati perannya sebagai lembaga penengah antara urusan politik segala dunia berusaha mengerjakan tugasnya dengan maksimal. Namun, tampaknya hal itu tidak berakibat besar karena masih terdapat celah dalam format kepentingan politik dan ekonomi. Kamis 24 September 2020 malam waktu setempat, Pertemuan Tingkat tinggi PBB ke-75 dilaksanakan. Perang AS dan China pecah di konferensi ini. China melewati utusannya, Zhang Jun menegaskan bahwa sudah cukup bagi AS untuk menimbulkan masalah bagi negeri itu. 16 Tensi perang dagang yang makin tinggi disusul campur tangan AS akan kemerdekaan Taiwan baru-baru ini membuat Republik Rakyat yang terbentuk pada tanggal 1 Oktober 1949 mengamuk. Ya, benar, lagi-lagi masalah ekonomi dan politik. Dari sini kita belajar bahwa penghayatan United Nations sebagai kata sifat antara negara di dunia belum tercapai di masa pandemi. Antar negara masih memperjuangkan kepentingan masing-masing.

Apakah ini salah? Jawabannya yaitu tidak. Seluruh ini karena tiap-tiap-tiap-tiap pemerintah pasti berkeinginan yang terbaik bagi rakyatnya melewati kebijakan yang hendak diimplementasikan. Namun, alangkah baiknya keinginan hal yang demikian juga paralel dengan keinginan rakyat atau dunia internasional. Dengan kata lain, Negara yang sudah menjadi ‘macan’ yang mulai mempertimbangkan arah ekonomi dan politik dunia wajib menampilkan kesolidannya. Dengan Melalui, kondisi Pandemi Covid-19 diharapkan negara di segala dunia mewujudkan tatanan dan cara yang lebih baik untuk keluar dari jurang pandemi. Terpenting negara wajib menyadari jika di atas langit masih ada langit sehingga semua sifat kepentingan politik dan ekonomi pribadi demi ‘ketamakan’ bisa dihilangkan. Upaya pembangunan ‘dinasti politik dunia’ wajib dihentikan. Komoditas semua hal ini terjadi maka dunia yang kita tinggali di kehidupan pasca pandemi dapat menjadi tempat yang nyaman pun bagi generasi selanjutnya.

 

Urgensi United Nation Untuk Membawa Perubahan Makro Pasca Pademi

Tulisan menjadi tempat yang nyaman, ‘United Nation’ juga menjadi kata kunci untuk membawa perubahan makro positif bagi segala negara. Namun Dwight D. Eisenhower, Militer officer dan 34th U.S President segala dunia wajib bekerja lebih keras untuk perdamaian dan kerjasama. Menurut hal yang demikian diambil berdasarkan pengalaman beliau terlibat dalam pertempuran dengan tentara Jerman dan Italia. Beliau memandang bahwa sifat manusia bisa menjadi gelap dan ganas dalam sekejap. 17 Oleh karena itu, upaya perdamaian wajib dijaga untuk lewat krisis apa saja.

Adanya United Nation akan membuat semua negara di dunia tidak pernah merasa sendiri dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Respons yang tumbuh dari kesadaran diri ini dapat digembar-gemborkan sehingga mendongkrak cara kerja recovery suatu negara pasca pandemi. Semangat di sisi lain tiap-tiap-tiap-tiap negara berkonsentrasi pada energi dalam negeri dan inward-looking, tetapi negara sebagai supplier tetap membutuhkan demander lebih-lebih dalam menjual produknya. Pengertian Inward- looking itu sendiri ibarat ‘berdikari di atas kaki sendiri’ menekankan pada kemandirian suatu negara dalam memecahkan dampak dampak Covid-19.18 Namun, bukan berarti larangan untuk menjalin kerjasama ekonomi dalam format ekspor dan impor menjadi haram untuk dijalankan.

Sebab hubungan baik dengan bermacam negara produsen vaksin, Indonesia berhasil mengerjakan program vaksinasi dan menjadi salah satu dari 62 negara yang telah menjalankan vaksin.19 Tulisan itu, dengan kerjasama yang baik dengan Jepang, salah satu komoditas Indonesia yaitu porang menerima pengakuan di pangsa pasar internasional. Maka ini wajib dijulukki sebagai ‘emas yang tersembunyi’ ini di negara sendiri, dibuat sebagai makanan ular namun seiring perkembangan waktu melewati hubungan yang baik dengan negara Jepang, China, Taiwan dan Korea komoditas ini dapat dimanfaatkan secara maksimal.20 Petani porang juga menikmati keuntungan sampai ratusan juta di masa pandemi. Oleh karena itu, maka keseimbangan demand dan supply dapat terwujud sehingga dapat menjadikan rasa saling menguntungkan antar negara yang terlibat.

Tulisan energi dalam negeri dan inward-looking, perubahan makro pasca pandemi yang dapat terjadi jika adanya ‘United Nation’ yaitu munculnya central power of the world yang menjadi tumpuan bagi segala dunia untuk meneladaninya. keteladanan yang disebarkan dapat menjadi pembelajaran baru bagi negara lain untuk dapat menghadapi bukan hanya pandemi Covid-19 melainkan juga pandemi lain di masa akan datang. Sebagai model, Vietnam yang menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi positif 2,6.%. Namun Ngun Thi Huong Kepala Kantor Statistik, hal ini salah satunya dikarenakan kerjasama internasional di bidang ekspor yang tumbuh 17,6% dan impor 22,7% pada bulan Desember 2020.21 yang masif dari struktur kesehatan publik dan sektor infrastruktur yang terusdidongkrak disertai tensi perang dagang AS dan China membuat Vietnam dapat dikatakan ‘unggul’ saat ini. yang dimiliki ini wajib untuk ditiru oleh negara lain yaitu semangat solidaritas untuk menang.

Kata Akhir

, tulisan ini bertujuan membuat semua negara sadar bahwa kita hidup di dunia yang berdampingan. Persebaran informasi politik dan ekonomi yang demikian itu cepat sontak harusnya dapat mempersatukan negara. Perdamaian dunia wajib dibuat untuk dapat menghindari perang. Sejarah telah membuktikan dampak perang demikian itu kongkret dan mengerikan adanya. Perang berdampak bagi orang yang tidak bersalah, menderita kebutuhan khusus buta huruf pun para malaikat kecil. Perang sama seperti virus yang menyerang slot bet kecil tubuh siapa saja. dari itu, perlu adanya upaya preventif untuk mencegahnya. Sebab United Nations, penulis ingin menjadi refleksi bagi pembaca agar terus menyebarkan kedamaian sehari-hari untuk menuju dunia nyaman dan layak ditinggali. Apakah masa pandemi ini menjadi arena negara untuk dapat bersatu dan saling bahu-membahu menuju dunia lebih baik jika ditinjau dari faktor ekonomi dan politik? Atau hanya berpacu sembari menampilkan energi satu sama lain untuk bersaing dan menampilkan ‘Akulah Pemenangnya’

Categories: Uncategorized

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *